PKMST Salatiga

Persekutuan Keluarga Mahasiswa Siswa Toraja Salatiga

Tabe' lako siulu'ku massola nasang ... Selamat datang di Blog na "Pia-Pia" Toraya inde Salatiga.
" Sipadiong Lisunna Pala . . . Sipolan Se'ponna Kalepak. "
Setia sekata , Saling menghormati dan Saling melindungi satu sama lain.




RIBUAN orang menghadiri ritual penerimaan tamu yang merupakan bagian dari upacara pemakaman Rambu Solo dari Sindo' Lai' Balabba' Rombelayuk dan Siambe' Ulia Salurapa' di Nanggala Toraja Utara, Jumat (24/10).
Tidak hanya sanak saudara dan teman dekat, sejumlah orang penting tampak ikut hadir menjadi tamu. Di antaranya Sultan Hamengkubuwono X, Ketua DPP Partai Hanura Wiranto, Bupati Toraja Amping Situru, dan juga Bupati Sinjai Rudianto Asapa.

Kehadiran para orang penting ini langsung disambut dengan berbagai ritual tradisional yakni berupa tari makatia dan mabbadong. Kemudian, mereka disambut anggota keluarga dan diantar menuju lantang (tempat berkumpul tamu) VIP.
Selain itu di area juga juga terlihat sejumlah tokoh dari Makassar seperti budayawan Udin Palisuri, tokoh Tionghoa Yonggris, dan Ketua DPD Partai Hanura Sulsel Dewie Yasin Limpo. Tak hanya itu, hadir juga tamu dari Papua.
Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan, disebut dengan Puya, yang terletak di bagian selatan tempat tinggal manusia.
Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian. Rambu Solo yang berlangsung ini dilaksanakan untuk menghantar kematian jenazah mertua dan nenek mertua pengusaha Sulsel Litha Brent.
Menurut salah seorang anggota keluarga yang menjadi pelaksana acara, Simak Rombelayu, upacara penerimaan tamu ini merupakan bagian dari Rambu Solo yang terlaksana selama 17 hari, mulai dari Massapu Lantang 11 Oktober lalu sampai Meaa' (pemakaman), 29 Oktober nanti.
Ratusan kerbau dan babi diserahkan oleh para tamu dalam acara ini. Menurut suami Simak, Gerson Sampetoding, sampai dengan akhir acara, diperkirakan total kerbau yang diterima bisa mencapai 500 ekor, termasuk di antaranya adalah kerbau balian yang bernilai ratusan juta rupiah.
Tak hanya kerbau dan sapi, bahkan di area juga terlihat ada yang membawakan dua ekor anoa dan seekor rusa. Kerbau dan babi ini sebagian kemudian dimasak untuk disajikan kepada para tamu. "Sisanya terserah yang diberikan mau diapakan,"ujar Gerson.
Hujan deras mengguyur area penerimaan tamu ini. Namun, penyelenggara sudah menyediakan sekitar 200 lantang untuk tamu dan keluarga. Meskipun tidak mau menyebutkan angka, Gerson mengungkapkan untuk menggelar rambu solo ini dibutuhkan dana miliaran rupiah.
"Mulai dari membangun lantang dan rumah-rumah Toraja, biaya makan para tamu dan pekerja selama acara berlangsung, dan masih banyak lagi," ujarnya. Karena hujan deras, acara ma'pasilaga tedong yang biasanya digelar sore hari, batal dilaksanakan.

Sumber : http://www.tribun-timur.com/

0 komentar:

Post a Comment